Senin, 15 Oktober 2012

KEDATUAN LOMBOK


kedatuan Lombok
       Kerjaaaan Majapahit memberikan hak penuh (berdaulat) kepada kerajaan
maupun daerah-daerah wilayah kekuasaannya yang meliputi Wilayah Republik
Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara. Majapahit
bukanlah negara kesatuan melainkan Negara Antar Nusa artinya tiap-tiap kerajaan
berdaulat penuh tetapi mengakui hak kekuasaan pusat kepada Majapahit sehingga
Majapahit dikenal sebagai Negara Super Staats artinya negara di atas negara.
Awal keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 M menyebabkan lemahnya
kontrol terhadap kerajaan dibawahnya sehingga masing-masing kerajaan melepaskan
diri dari pengaruh Majapahit. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan
Majapahit sebagai berikut :
  1. Tindakan Gajah Mada yang memborong segala kekuasaan dan tidak mendidik
         kader-kader pemimpin
    2. Adanya perang saudara “Paregreg” yang melemahkan pemerintah pusat,
    3. Penyerangan Girindrawardhana dari Medang Kemulan,
    4. Masuk dan berkembangnya agama Islam dan sekaligus ingin melepaskan diri dari
        pengaruh Majapahit.
                  Dengan demikian, kedatuan-kedatuan kecil di Pulau Lombok seperti kedatuan
    Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan dan beberapa desa-desa kecil
    seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang melepaskan diri
    dari pengaruh Majapahit. Di antara kerajaan yang paling maju adalah kedatuan
    Lombok yang berpusat di Labuan Lombok
    Untuk mengamankan wilayah kekuasaannya, Majapahit mengirimkan
    ekspedisi ke wilayah timur dibawah pimpinan Mpu Nala, karena adanya tanda-tanda
    bahwa masing-masing daerah di Lombok ingin melepaskan diri. Peristiwa ini terjadi
    sekitar tahun 1342 M. Menurut Djelenga, Mpu Nala yang datang ke Lombok
    merupakan bagian dari tokoh yang disebut datu telu besanakan karena bersaudara 3
    orang yaitu : (1) Betara Mas Kerta Jala di Sulawesi, (2) Betara Mas Indra Sakti di
    Klungkung, Bali, (3) Betara Mas Tunggul Nala di Lombok. Ekspedisi Nala kemudian
    disusul Gajah Mada untuk membantu kekuatan prajurit sehingga datu yang berkuasa
    dapat ditaklukan oleh kekuatan dari Majapahit. Tempat itu dinamakan Selapawis
    (sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang
    ditaklukan). Peristiwa ini tertulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah
    Pinan. Dalam perkembangan selanjutnya Selapawis daerah yang ditaklukan berubah
    nama menjadi Selaparang.
    Salah seorang prajurit yang ikut dalam ekspedisi itu Demung Mumbul atau
    Batara Mumbul atau Prabu Turunan adalah adik Pangeran Kaesari. Pengaeran
    Kaesari merupakan keturunan dari Tunggul Ametung yang terbunuh oleh Ken Arok
    tahun 1220 M. Prabu Turunan datang ke Lombok sekitar abad ke XIV ketika terjadi
    pergolakan di Majapahit. Prabu Turunan (Demung Mumbul) menjadi datu di Labuan
    Lombok. Informasi tentang Demung Mumbul tidak banyak diketahui. Menurut
    beberapa sumber Prabu Turunan dimakamkan di sebuah bukit yang sekarang dikenal
    dengan Gunung Kayangan.
    Betara Mas Tunggul Nala menurunkan datu-datu Lombok seperti Bayan,
    Selaparang dan Pejanggik. Betara Mas Tunggul Nala mempunyai dua orang putra
    yaitu
    1. Deneq Mas Muncul yang menurunkan datu-datu Bayan, Sokong dan Mambalan.
    2. Deneq Mas Putra Pengendeng mendirikan Kedatuan Kayangan (Labuan Lombok)
    menurunkan datu-datu Selaparang dan Pejanggik yaitu (1) Prabu Langko, ada
    yang menyebutnya Sri Dadelanatha, (2) Deneq Mas Komala Dewa Sempopo,
    menurunkan raja-raja Pejanggik, (3) Deneq Mas Komala Jagat
    Kedatuan Lombok terletak di Labuan Lombok yang sangat indah dan
    menarik serta memiliki sumber air tawar yang sangat banyak, menjadikan tempat
    tersebut sering dikunjungi oleh para pedagang yang datang dari Palembang, Banten,
    Gresik dan Sulawesi. Kedatangan para pedagang khususnya Jawa diperkirakan
    sekitar abad ke 14 telah banyak membawa perubahan terhadap tatacara dan pola
    hidup masyarakat yang semula bekebon, ngerau, begawah (berkebun, berladang,
    mencari makanan di hutan) secara liar perlahan-lahan menjadi bersawah dan
    bertempat tinggal. Kekayaan hasil bumi dan ternaknya telah menarik pedagangpedagang
    dari seluruh Nusantara untuk berdagang di Labuan Lombok. Mereka datang
    dengan membawa dagangan yang kurang atau tidak dihasilkan di Lombok seperti
    garam, kain-kain halus, alat-alat rumah tangga yang mereka tukar di dengan padi di
    Lombok. Selain itu pula masuk pula barang dagangan seperti gambir dari Singapura,
    gula dari Jawa, gula aren dari Sulawesi. Perdagangan antar pulau dari pulau Lombok
    dan sekitarnya masih tetap dipegang oleh orang-orang Makasar, Madura, Jawa dan
    Melayu. Sebagai alat tukar sudah dipergunakan uang kepeng dan perak tetapi
    sebagian besarnya masih mempergunakan cara tukar menukar dengan barang.
    Di sisi lain, Sejak abad ke 13 Masehi di Labuan Lombok semakin ramai
    dikunjungi oleh para pedagang yang berasal dari Jawa, Palembang, Banten, Gresik
    dan Sulawesi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lepasnya kerajaan-kerajaan
    tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) jumlah penduduk yang terus
    menerus meningkat, (2) semakin pesatnya perdagangan baik antar daerah yang satu
    dengan daerah yang lainnya, maupun antar pulau yang satu dengan pulau yang
    lainnya, (3) masing-masing daerah merasa memiliki kemampuan untuk memimpin
    desa atau daerahnya masing-masing karena adanya keleluasaan dari pemerintah pusat
    (Majapahit).Setelah Prabu Turunan atau Batara Mumbul atau Demung Mumbul
    meninggal, naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya (Prabu Rangkesari).
    Kepemimpinan Pangeran Indrajaya banyak mendapatkan rintangan dan tantangan.
    Beberapa kali terjadi pemberontakan dilakukan oleh Demung Brangbantuh untuk
    menuntut balas atas kematian adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan.
    Kejadian ini disebutkan dalam babad Lombok
    “Kaum Talpaman melarikan diri dari negerinya dan sampailah mereka di
    Pulau Lombok. Selanjutnya mereka menyerang sebuah desa yang bernama
    desa Laeq. Penduduk desa ini kemudian melarikan diri dan mendirikan sebuah
    desa baru yang diberi nama desa Pamotan. Babad Lombok menuturkan pula
    bagaimana rakyat Pamotan memilih dan menobatkan rajanya. Mereka
    memilih seorang di antara mereka yang berbudi baik, berwibawa dan
    berpkiran cerdas untuk dijadikan rajanya. Setelah salah seorang terpilih
    dibuatkanlah rumah, diberi pakaian yang baik, kuda dan senjata untuk sang
    raja. Meletusnya gunung Rinjani selama tujuh hari tujuh malam
    mengakibatkan kehancuran besar. Puluhan ribu manusia meninggal dan
    sisanya yang selamat mengungsi ke puncak-puncak bukit. Selanjutnya
    kedatangan orang Jawa dari kerajaan Majapahit, kemudian menjadi cikal
    bakal berdirinya kedatuan Lombok dan Bayan. Konon putra raja Majapahit
    yang sulung menjadi Datu Lombok dan adiknya menjadi Datu di Bayan.
    Bagian selanjutnya dari babad ini menuturkan kisah asmara yang berujung
    tragis antara Lala Seruni dengan Sandubaya. Datu Lombok bernama Kerta
    Jaya, yang tergila-gila pada Lala Seruni. Kerta Jaya telah melaksanakan tipu
    daya dan menyuruh membunuh suami Lala Saruni (Sandubaya) di hutan
    perburuan Gebong. Namun akhirnya sang pembunuh pun menemui ajalnya
    karena membanting diri ke batu ketika itu Lala Seruni dibawa oleh Cukli
    Ajaib ke tengah Samudra untuk menyatu dengan roh suaminya. Perang pun
    tak dapat dihindari antara Prabu Lombok dengan Demung Brangbantun
    (kakak Sandubaya). Peperangan berlangsung cukup lama, baru berakhir di
    masa Prabu Rangkesari, pengganti Prabu Lombok Kerta Jaya. Yang menarik
    dari peperangan ini adalah pelaksanaan perang yang dilakukan secara aneh,
    yaitu dengan bersenjatakan binatang laut (pasukan kedatuan Lombok) melawan pasukan kedatuan Brangbantun yang bersenjatakan jajan dan bahan makanan lainnya. Bentuk perang seperti ini diusulkan oleh Prabu Rangkesari karena ingin menghindari korban manusia dan harta benda”. Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok yang dibawa oleh Sunan Prapen. Setelah berhasil mengislamkan Datu Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan
    kerajaan-kerajaan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan,
    Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan
    lainnya, sebagian masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan
    cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi sedangkan Pajarakan, Pengantap,
    Tawun, Ganjar dan Tebango yang masih berpegang pada kepercayaan lama yang
    disebut Budha Keling. Banyaknya gejolak yang terjadi di kedatuan Mumbul, maka Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda menyarankan kepada datu untuk memindahkan pusat
    kekuasaan dari Labuan Lombok ke Selaparang. Pemindahan pusat kekuasaan ini
    diperkirakan berlangsung pada saat pemerintahan Sunan Dalem yaitu pada tahun
    1505 -1545 M. Pemindahan pusat kerajaan memiliki alasan yang sangat kuat karena
    lokasi tempat pemindahan sangat strategis dan lebih aman dari serangan musuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar