kedatuan Lombok
Kerjaaaan Majapahit memberikan hak penuh (berdaulat) kepada kerajaan
maupun daerah-daerah wilayah kekuasaannya yang meliputi Wilayah Republik
Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara. Majapahit
bukanlah negara kesatuan melainkan Negara Antar Nusa artinya tiap-tiap kerajaan
berdaulat penuh tetapi mengakui hak kekuasaan pusat kepada Majapahit sehingga
Majapahit dikenal sebagai Negara Super Staats artinya negara di atas negara.
Awal keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 M menyebabkan lemahnya
kontrol terhadap kerajaan dibawahnya sehingga masing-masing kerajaan melepaskan
diri dari pengaruh Majapahit. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan
Majapahit sebagai berikut :
maupun daerah-daerah wilayah kekuasaannya yang meliputi Wilayah Republik
Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara. Majapahit
bukanlah negara kesatuan melainkan Negara Antar Nusa artinya tiap-tiap kerajaan
berdaulat penuh tetapi mengakui hak kekuasaan pusat kepada Majapahit sehingga
Majapahit dikenal sebagai Negara Super Staats artinya negara di atas negara.
Awal keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 M menyebabkan lemahnya
kontrol terhadap kerajaan dibawahnya sehingga masing-masing kerajaan melepaskan
diri dari pengaruh Majapahit. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan
Majapahit sebagai berikut :
- Tindakan Gajah Mada yang memborong segala kekuasaan dan
tidak mendidik
kader-kader pemimpin
2. Adanya perang saudara “Paregreg” yang melemahkan pemerintah pusat,
3. Penyerangan Girindrawardhana dari Medang Kemulan,
4. Masuk dan berkembangnya agama Islam dan sekaligus ingin melepaskan diri dari
pengaruh Majapahit.
Dengan demikian, kedatuan-kedatuan kecil di Pulau Lombok seperti kedatuan
Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan dan beberapa desa-desa kecil
seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang melepaskan diri
dari pengaruh Majapahit. Di antara kerajaan yang paling maju adalah kedatuan
Lombok yang berpusat di Labuan Lombok
Untuk mengamankan wilayah kekuasaannya, Majapahit mengirimkan
ekspedisi ke wilayah timur dibawah pimpinan Mpu Nala, karena adanya tanda-tanda
bahwa masing-masing daerah di Lombok ingin melepaskan diri. Peristiwa ini terjadi
sekitar tahun 1342 M. Menurut Djelenga, Mpu Nala yang datang ke Lombok
merupakan bagian dari tokoh yang disebut datu telu besanakan karena bersaudara 3
orang yaitu : (1) Betara Mas Kerta Jala di Sulawesi, (2) Betara Mas Indra Sakti di
Klungkung, Bali, (3) Betara Mas Tunggul Nala di Lombok. Ekspedisi Nala kemudian
disusul Gajah Mada untuk membantu kekuatan prajurit sehingga datu yang berkuasa
dapat ditaklukan oleh kekuatan dari Majapahit. Tempat itu dinamakan Selapawis
(sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang
ditaklukan). Peristiwa ini tertulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah
Pinan. Dalam perkembangan selanjutnya Selapawis daerah yang ditaklukan berubah
nama menjadi Selaparang.
Salah seorang prajurit yang ikut dalam ekspedisi itu Demung Mumbul atau
Batara Mumbul atau Prabu Turunan adalah adik Pangeran Kaesari. Pengaeran
Kaesari merupakan keturunan dari Tunggul Ametung yang terbunuh oleh Ken Arok
tahun 1220 M. Prabu Turunan datang ke Lombok sekitar abad ke XIV ketika terjadi
pergolakan di Majapahit. Prabu Turunan (Demung Mumbul) menjadi datu di Labuan
Lombok. Informasi tentang Demung Mumbul tidak banyak diketahui. Menurut
beberapa sumber Prabu Turunan dimakamkan di sebuah bukit yang sekarang dikenal
dengan Gunung Kayangan.
Betara Mas Tunggul Nala menurunkan datu-datu Lombok seperti Bayan,
Selaparang dan Pejanggik. Betara Mas Tunggul Nala mempunyai dua orang putra
yaitu
1. Deneq Mas Muncul yang menurunkan datu-datu Bayan, Sokong dan Mambalan.
2. Deneq Mas Putra Pengendeng mendirikan Kedatuan Kayangan (Labuan Lombok)
menurunkan datu-datu Selaparang dan Pejanggik yaitu (1) Prabu Langko, ada
yang menyebutnya Sri Dadelanatha, (2) Deneq Mas Komala Dewa Sempopo,
menurunkan raja-raja Pejanggik, (3) Deneq Mas Komala Jagat
Kedatuan Lombok terletak di Labuan Lombok yang sangat indah dan
menarik serta memiliki sumber air tawar yang sangat banyak, menjadikan tempat
tersebut sering dikunjungi oleh para pedagang yang datang dari Palembang, Banten,
Gresik dan Sulawesi. Kedatangan para pedagang khususnya Jawa diperkirakan
sekitar abad ke 14 telah banyak membawa perubahan terhadap tatacara dan pola
hidup masyarakat yang semula bekebon, ngerau, begawah (berkebun, berladang,
mencari makanan di hutan) secara liar perlahan-lahan menjadi bersawah dan
bertempat tinggal. Kekayaan hasil bumi dan ternaknya telah menarik pedagangpedagang
dari seluruh Nusantara untuk berdagang di Labuan Lombok. Mereka datang
dengan membawa dagangan yang kurang atau tidak dihasilkan di Lombok seperti
garam, kain-kain halus, alat-alat rumah tangga yang mereka tukar di dengan padi di
Lombok. Selain itu pula masuk pula barang dagangan seperti gambir dari Singapura,
gula dari Jawa, gula aren dari Sulawesi. Perdagangan antar pulau dari pulau Lombok
dan sekitarnya masih tetap dipegang oleh orang-orang Makasar, Madura, Jawa dan
Melayu. Sebagai alat tukar sudah dipergunakan uang kepeng dan perak tetapi
sebagian besarnya masih mempergunakan cara tukar menukar dengan barang.
Di sisi lain, Sejak abad ke 13 Masehi di Labuan Lombok semakin ramai
dikunjungi oleh para pedagang yang berasal dari Jawa, Palembang, Banten, Gresik
dan Sulawesi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lepasnya kerajaan-kerajaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) jumlah penduduk yang terus
menerus meningkat, (2) semakin pesatnya perdagangan baik antar daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya, maupun antar pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya, (3) masing-masing daerah merasa memiliki kemampuan untuk memimpin
desa atau daerahnya masing-masing karena adanya keleluasaan dari pemerintah pusat
(Majapahit).Setelah Prabu Turunan atau Batara Mumbul atau Demung Mumbul
meninggal, naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya (Prabu Rangkesari).
Kepemimpinan Pangeran Indrajaya banyak mendapatkan rintangan dan tantangan.
Beberapa kali terjadi pemberontakan dilakukan oleh Demung Brangbantuh untuk
menuntut balas atas kematian adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan.
Kejadian ini disebutkan dalam babad Lombok
“Kaum Talpaman melarikan diri dari negerinya dan sampailah mereka di
Pulau Lombok. Selanjutnya mereka menyerang sebuah desa yang bernama
desa Laeq. Penduduk desa ini kemudian melarikan diri dan mendirikan sebuah
desa baru yang diberi nama desa Pamotan. Babad Lombok menuturkan pula
bagaimana rakyat Pamotan memilih dan menobatkan rajanya. Mereka
memilih seorang di antara mereka yang berbudi baik, berwibawa dan
berpkiran cerdas untuk dijadikan rajanya. Setelah salah seorang terpilih
dibuatkanlah rumah, diberi pakaian yang baik, kuda dan senjata untuk sang
raja. Meletusnya gunung Rinjani selama tujuh hari tujuh malam
mengakibatkan kehancuran besar. Puluhan ribu manusia meninggal dan
sisanya yang selamat mengungsi ke puncak-puncak bukit. Selanjutnya
kedatangan orang Jawa dari kerajaan Majapahit, kemudian menjadi cikal
bakal berdirinya kedatuan Lombok dan Bayan. Konon putra raja Majapahit
yang sulung menjadi Datu Lombok dan adiknya menjadi Datu di Bayan.
Bagian selanjutnya dari babad ini menuturkan kisah asmara yang berujung
tragis antara Lala Seruni dengan Sandubaya. Datu Lombok bernama Kerta
Jaya, yang tergila-gila pada Lala Seruni. Kerta Jaya telah melaksanakan tipu
daya dan menyuruh membunuh suami Lala Saruni (Sandubaya) di hutan
perburuan Gebong. Namun akhirnya sang pembunuh pun menemui ajalnya
karena membanting diri ke batu ketika itu Lala Seruni dibawa oleh Cukli
Ajaib ke tengah Samudra untuk menyatu dengan roh suaminya. Perang pun
tak dapat dihindari antara Prabu Lombok dengan Demung Brangbantun
(kakak Sandubaya). Peperangan berlangsung cukup lama, baru berakhir di
masa Prabu Rangkesari, pengganti Prabu Lombok Kerta Jaya. Yang menarik
dari peperangan ini adalah pelaksanaan perang yang dilakukan secara aneh,
yaitu dengan bersenjatakan binatang laut (pasukan kedatuan Lombok) melawan pasukan kedatuan Brangbantun yang bersenjatakan jajan dan bahan makanan lainnya. Bentuk perang seperti ini diusulkan oleh Prabu Rangkesari karena ingin menghindari korban manusia dan harta benda”. Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok yang dibawa oleh Sunan Prapen. Setelah berhasil mengislamkan Datu Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan
kerajaan-kerajaan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan,
Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan
lainnya, sebagian masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan
cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi sedangkan Pajarakan, Pengantap,
Tawun, Ganjar dan Tebango yang masih berpegang pada kepercayaan lama yang
disebut Budha Keling. Banyaknya gejolak yang terjadi di kedatuan Mumbul, maka Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda menyarankan kepada datu untuk memindahkan pusat
kekuasaan dari Labuan Lombok ke Selaparang. Pemindahan pusat kekuasaan ini
diperkirakan berlangsung pada saat pemerintahan Sunan Dalem yaitu pada tahun
1505 -1545 M. Pemindahan pusat kerajaan memiliki alasan yang sangat kuat karena
lokasi tempat pemindahan sangat strategis dan lebih aman dari serangan musuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar