Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara.
Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di
nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur
perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur
selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai
Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi
kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan
Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel
tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan
Gelgel tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur,
Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara
Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak
berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa
bekerjasama dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk
memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di
Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa
menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah
tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan
merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan
seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan
kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun
selalu menemui kegagalan.
Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah
kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam
perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu
Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian
Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di
bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil
ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M.
Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan
semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa
tunggal di Lombok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar