Bau Nyale.
Bau Nyale adalah sebuah
peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi
bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru
yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya
itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra
raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil
keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas.
Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri
Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur,
perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali. Bagi
masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti
santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk,
obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan
masing-masing. Upacara Rebo Bontong Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk
menolak balaĆ¢ (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada
hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak
bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala
(bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai
suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini
mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan
pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.